Senin, 06 Desember 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DI RUMAH (DIAN MARDININGSIH))

Pengertian
a. Lansia adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama laen dalam perannya untuk menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. (Bailon G.Salvaclon,1978)
b. Lansia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis,psikologis, social, ekonomi.(BKKBN, 1995).
c. Keluarga lanjut usia adalah keluarga yang didalamnya terdapat penduduk lanjut usia atau anggota keluarga seluruhnya berusia lanjut usia.
d. Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang komperhensif yang diberikan kepada lansia dan keluarga dengan tujuan meningkatkankesehatan, rehabilitasi kesehata, memaksimalkan kemampuan lansia dan keluarga dalam meningkatkan status kesehatan, serta meminimalkan dampak proses penuan atau gangguan kesehatan yang terjadi pada lansia dengan pendekatan proses keperawatan keluarga.

Klasifikasi lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifiaksi pada lansia
1. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia antara 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. (Depkes RI, 2003)
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)

Tujuan asuhan keperawatan pada lansia
Agar lansia dapat melakuakan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan:
1. Peningkatan kesehatan
2. Pencegahan penyakit.
3. Pemeliharaan kesehatan, sehingga ia memiliki ketenangan hidup dan tetap produktif sampai akhir hayat.
Fokus asuhan keperawatan lansia :
1. Peningkatan kesehatan.
2. Pencegahan penyakit.
3. Mengoptimalkan fungsi fisik dan mental.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum pada lansia.

Dimanana pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi:
1. pengkajian (assessment)
2. merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis)
3. merencanakan tindakan keperawatan (intervention)
4. melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation)
5. melakukan evaluasi (Evaluation).

Peran keluarga dalam keperawatan lansia
a. Menjaga dan merawat kondisi fisik anggota keluarga yang lanjut usia, tetap dalam keadaan optimal atau produktif.
b. Mempertahankan dan meningkatkan status mental pada lansia .
c. Memotivasi dan memfasilitasi lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual, dengan demikian dapat meningkatkan ketaqwaan lansia kepada tuhan YME.

Pendekatan Perawatan Lanjut Usia: 
1. Pendekatan fisik 
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
a) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b) Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang mendapat perhatian.
Disamping kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting meskipun tidak selalu dikeluhkan dan dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang pada klien lanjut usia dihadapkan pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan serebrovaskuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejang, untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin.
Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan melindungi kulit dan kecelakaan.Toleransi terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan.
Seorang perawat harus mampu memotifasi klien lanjut usia agar mau dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu, kebersihan badan, tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapat perhatian perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, dsb. Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan insomnia, harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan mereka tentang cara pemecahannya. Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah dimminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya genggaman tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.

2. Pendekatan psikis
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter , interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip ” Tripple”, yaitu sabar, simpatik dan service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.
Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan , perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.
Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.

3. Pendekatan sosial 
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain
Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.
4. Pendekatan spiritual 
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau mendeteksikematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.
Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.



PENGKAJIAN
Tujuan:
• Menentukan kemampuan klien untuk memlihara diri sendiri
• Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu
• Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien
• Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Meliputi aspek:
1. Fisik

2. Wawancara:

 Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
 Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
 Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BZAB/BAK
 Kebiasaan gerak badan atau olah raga atau senam lanjut usia
 Perubahan fungsi tubuh yang sanga bermaknang dirasakan
 Kebiasaan lanju usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
 Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
 Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
 Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
 Apakah optimis dalm memandang suatu kehidupan
 Bagaimana mengatasi stress yang dialami
 Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
 Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
 Apakah harapan pada ssaat ini akan dating
 Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, prosespikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.
3. Pemeriksaan fisik:
1. Kekuatan fisik lanjut usia: otot,sendi, penglihatan, dan pendengaran
2. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi , perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi tubuh
• Pendekatan yang digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu:
 Head to tea
 Sistem tubuh
 Psikologis

4. Sosial ekonomi
a) Dari man sumber keuangan lanjut usia
b) Apa saja kesibukan lanju usia dalam menisci waktu luang
c) Dengan siapa dia tinggal
d) Kegiatan organisasi apa yang diikutu lanjut usia
e) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
f) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
g) Siap saja yang mengunjungi
h) Seberapa besar ketergantungannya
i) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

5. Spiritual
a) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
b) Apakah secara teratur mengikuti atu terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin
c) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalh apakah dengan berdoa
d) Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal


PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
Mungkin serendah 95 F (hipotermi) kurang lebih 35 C
Lebih teliti dperiksa di sublingual
2. Pulse (denyt nadi)
kecepatan, irama, dan volume
Aplika, radial, pedal
3. Respirasi
Kecepatan, irama, dan kedalaman
Tidak terturnya pernafasan
4. Tekanan darah
 Saat baring, duduk, berdiri
Hipotensi akibat posisi tubuh
5. BB hilang pada tahun-tahun terahir
6. Tingkat orientasi
7. Memory (ingatan)
8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial
10. Sistem persyarafan
a) Kesimetrisan raut wajah
b) Tingkat kesadaran adanya perubahan dari otak
c) Mata: kejelasan melihat, adanya katarak
 Pupil: kesamaan, dilatasi
 Ketajaman penglihatan penurunan karena menua
d) Gangguan sensori (sensory deprivarion)
e) Ketajaman pendengaran
  Adanya sakit dan nyeri
11. Sistem kardiovaskuler
12. Siatem gastrointertinal
• warna dan bau urine
• Distensi kandeng kemih, inkontinensia
• Frekuensi, tekanan, atau desakan
• Pemasukancairan dan pengeluarkan cairan
• Disuria
• Seksualitas.

13. Sistem kulit
• Kulit
• temperature, tingkat kelembaban
• Keutuhan luka, luka terbakar, robekan
• Turgor
• Perubahan pigmen
• Adanya jaringan parut
• Keadaan kuku
• Keadaan rambut
• Adanya gangguan umum


14. Sistem musculoskeletal
• Kontraktur
• atrofi otot
• mengecilkan tendo
• ketidakadekuatannya gerakan sendi
• tingkat mobilisasi
• ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
• keterbatasan gerak
• kekuatan otot
• kemampuan melangkah atau berjalan
• gerakan sendi
• paralysis
• kifosis
15. status gizi
• pemasukan diet
• anoreksia, tidak direka , mual, dan mulut
• mengunyah dan menelan
• keadaah gigi, rahang, mual muntah
• auskultasi bising usus
• palpasi apakah perut kembung dan perlebatran kolon
apakah ada kondstipakl


16. Psikososial
• Menunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
• Fokus pada diri bertambah
• Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
• Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih saying yang berlebihan.


DIAGNOSA KEPERAWATAN
Fisik/Biologis
• Gangguan nutrisi :kurang/lebih dari kebutuhan tubuh b/d pemasukan yang tidak adequate
• Gangguan persepsi sensorik : Pendengaran, penglihatan b/d hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan
• Kurangnya perawatan diri b/d penurunan minat dalam merawat diri
• Potensial cedera fisik b/d penurunan fungsi tubuh
• Gangguan pola tidur b/d kecemasan atau nyeri
• Perubahan pola eliminasi b/d kecemasan atau nyeri
• Perubahan pola eliminasi b/d penyempitan jalan nafas atau adanya secret pada jalan nafas
• Gangguan mobilitas fisik b/d kekuatan sendi
Psikososial
• Isolasi social b/d perasaan curiga
• Menarik diri dari lingkungan b/d perasaan tidak mampu
• Depresi b/d isolasi social
• Harga diri rendah b/d perasaan ditolak
• Coping tidak adequate b/d ketidakmampuan mengemukakan perasaan secara tepat
• Cemas b/d sumber keuangan yang terbatas

Spiritual
• Reaksi berkabung atau berduka cita b/d ditinggal pasangan
• Penolakan terhadap proses penuaan b/d ketidakstabilan menghadapi kematian
• Marah terhadap tuhan b/d kegagalan yang dialami
• Perasaan tidak tenang b/d ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat

RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi :
1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan
2. Bekerjasama dengan profesi kesehatan yang lainnya
3. Tentukan prioritas :
4. Klien mugkin puas dengan situasio demikian
5. Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan
6. Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan
7. Cegah timbulnya masalah-masalah
8. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan
9. Tulis semua rencana jadwal

Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan lansia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain :
• Pemenuhan kebutuhan nutrisi
• Peningkatan keamanan dan keselamatan
• Pemeliharaan kebersihan diri
• Pemeliharaan keseimbangan istirahat/tidur
• Meningkatnya hubungan interpersonal melalui komunikasi
• Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi



Penyebab gangguan nutrisi pada lansia :
• Penurunan alat penciuman dan pengecap
• Mengunyah kurang sempurna
• Gigi yang tidak lengkap
• Rasa penuh pada perut dan susah BAB
• Melemah otot lambung dan usus
Masalah gizi yang timbul pada lansia :
• Gizi berlebihan
• Gizi kurang
• Kekurangan vitamin
• Kelebihan vitamin
Kebutuhan Nutrisi pada lansia :
Kalori pada lansia :
Laki – laki = 2.100 kalori
Perempuan = 1.700 kalori
Dapat dimodifikasi tergantung keadaan lansia, missal gemuk atau kurus atau disertai penyakit demam.
Karbohidrat, 60 % jumlah karbohidrat yang dibutuhkan
Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi penyakit, 15%-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20-25% dari total kalori yang dibuhkan
Vitamin dan mineralsama dengan kebutuhannya pada usia muda
Air, 6-8 gelas perhari
Meningkatkan keamanan dan Keselamatan lansia
Penyebab kecelakaan pada lansia :
• Fleksibilitas kaki yang kurang
• Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun
• Pencahayaan yang kurang
• Lantai licin dan tidak rata
• Tangga tidak ada pengaman
• Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak
Tindakan Mencegah Kecelakaan pada lansia;
1. Biarkan lansia menggunakan alat Bantu untuk meningkatkan keselamatan
2. Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
3. Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidur
4. Bila mengalami masalah fisik, misalnya rematik, latih klien untuk menggunakan alat Bantu untuk berjalan
5. Bantu ke kamar mandi terutama untuk lansia yang menmggunakan obat penenang /diuretic
6. Menggunakan kacamata bila berjalan atau melakukan sesuatu
7. Usahakan ada yang menemani, jika berpergian.

Lingkungan
8. Tempatkan klien di ruangan khusus dekat kantor sehingga mudah diobservasi bila lansia tersebut di rawat
9. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya
10. Gunakan tempat yang tidak terlalu tinggi



DAFTAR PUSTAKA
1. Hasting, Diana.1995.Perawatan di Rumah.Jakarta: Arcan
2. Mubarak, Wahid Iqbal,Skm,dkk.2006.Ilmu Perawatan Komunitas 2.Jakarta: CV.Sagung Seto.
3. Hastings, Diana.2005.Pedoman Keperawatan di Rumah.Jakarta: EGC
4. Stanley, Mickey.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Jakarta:EGC
5. Watson, Roger.2003.Perawatan pada lansia.Jakarta:EGC
6. Nugroho, Wahyudi.2000.Keperawatan gerontik.Jakarta:EGC
7. L.Stockslager, Jaime.2007.Asuhan keperawatan geriatric.Jakarta:EGC
8. Noorkasani, S Tamher.2009.Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan askep.Jakarta:Salemba Medika
9. Maryam, R.Siti.2008.Mengenal usia lanjut dan perawatannya.Jakarta:Salemba Medika
10. Zang, Mara Sherly.2003.Manual Perawatan di rumah.Jakarta:EGC

Bersama Lansia

Bersama Lansia